Selasa, 18 Maret 2014

laporan batuan beku petrologi teknik pertambangan

BAB I
PRAKTIKUM PETROLOGI

1.1  PENDAHULUAN

1.1.1.      Latar Belakang
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan larutan silikat cair, liat ,pijar, bersifat mudah bergerak yang disebut  magma baik di bawah permukaan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan bumi sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi yang kemudian karena tekanan dan suhu akhirnya meleleh.
 Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
1.1.2 Maksud dan Tujuan               
Secara umum maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menjelaskan apa itu Petrologi, disertai dengan deskripsi mineral menurut struktur dan tekstur batuan tersebut  berdasarkan jenis batuan baik Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf.
Selain itu untuk memberikan pengetahuan bagi kita khususnya sebagai mahasiswa teknik pertambangan tentang berbagai jenis batuan di muka bumi ini, berdasarkan petrogenesa batuan tersebut, serta struktur dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut, sehingga kita dengan mudah dapat mengenali jenis batuan di lapangan nantinya.
1.2.      Ruang Lingkup Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum petrologi, praktikan akan diarahkan pada penguasaan jenis dan nama batuan secara megaskopis (makroskopis), melalui pemerian yang mencakup warna, tekstur, dan komposisi dari batuan serta sifat-sifat lain yang sangat menonjol baik secara fisik maupun kimiawi. Pemerian megaskopis ini dimaksudkan sebagai pemerian secara mata telanjang. Alat bantu secarra optik – fisik  adalah kaca pembesar (loupe), sedangkan secara kimiawi adalah larutan HCl 0,1 N. Praktikan disyaratkan telah mengikuti kuliah dan praktikum kistalografi – mineralogi dan mampu mengenal berbagai macam mineral atau kristal pembentuk batuan.
1.3.      TATA TERTIB PRAKTIKUM
Adapun yang menjadi tata tertib dalam menjalani praktikum petrologi yakni :
1.      Peserta praktikum harus hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai.
2.      Peserta praktikum yang terlambat lebih dari 15 menit dianggap tidak hadir.
3.      Peserta praktikum dilarang merokok, makan dan minum di dalam laboratorium.
4.      Peserta praktikum dilarang membuat keributan dan aktivitas lainnya yang mengganggu berlangsungnya acara praktikum.
5.      Peserta praktikum yang mengikuti acara praktikum harus memakai pakaian yang rapih (kemeja, bukan kaos oblong).
6.      Peserta praktikum yang tidak hadir 3 kali berturut-turut akan dianggap gugur dan akan mengulang tahun depan.
7.      Peserta praktikum yang mendapatkan asistensi adalah yang mengikuti acara praktikum.
8.      Peserta praktikum yang mendapatkan asistensi harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh asisten acara praktikum.
9.      Peserta praktikum yang mendapatkan asistensi adalah yang telah mendeskripsikan batuan pada lembar deskripsi.
10.  Setelah selesai mengikuti semua acara praktikum, peserta akan mendapat surat keterangan selesai praktikum (SKSP).
11.  Pelanggaran terhadap praktikum akan dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai atau dianggap gugur.

1.4 ALAT YANG DIGUNAKAN
Adapun alat-alat yang digunakan dalam mengikuti kegiatan praktikum yakni :
1           Kertas
2           Pensil
3           Lup (kaca pembesar)
4           Pengahapus
5           Pena
6           Penggaris

BAB II
BATUAN BEKU

2.1 DASAR TEORI

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah: batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi
1        Batuan beku Plutonik
Batuan beku plutonik, adalah batuan beku yang mendingin di bawah permukaan bumi. Sehingga memiliki terktur mineral yang besar berukuran lebih dari 1 mm.
2.         Batuan beku Vulkanik
 Batuan beku vulkanik adalah batuan beku yang mendingin di permukaan bumi yang memiliki tertur mineral yang kecil kecil kurang dari 1 mm.
            Berdasarkan komposisi kimiawi di bagi menjadi 4 :
1.      Batuan beku Asam
Bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66 % SiO 2 .Contoh batuan ini Granit dan Riolit.
2.      Batuan beku intermediet
Bila batuan tersebut mengandung 52% -66% SiO 2 .Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
3.                  Batuan beku basa
Bila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO 2 . Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
4.                  Batuan beku ultra basa
Bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO 2 . Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit.

2.1.2 Mineral Penyusun Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari bahasa Latin : ignis, ”api”) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku merupakan batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silica cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Karena tidak adanya kesepakatan dari para ahli petrologi dalam mengklasifikasikan batuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat menggunakan klasifikasi yang tepat, maka kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
Mineral pembentuk batuan beku hampir selalu mengandung unsur Silisium (Si) sehingga sering disebut bahan silikat alam. Mineral tersebut ada yang tidak berbentuk (amorf) dan ada yang berbentuk kristal. Berdasarkan warna dan komposisi kimia maka mineral atau kristal pembentuk batuan beku secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1.        Kelompok mineral gelap atau mafic minerals, mengandung banyak unsur magnesium (Mg) dan besi (Fe).
2.        Kelompok mineral terang atau felsic minerals, banyak mengandung  unsur aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (sodium; Na), kalium (potassium; K)  dan silisium (Si).
        beku
                       Gambar 2.2 Beberapa Contoh Batuan Beku.
Banyaknya unsur logam berat seperti halnya Mg dan Fe tersebut menyebabkan mineral menjadi berwarna gelap. Sebaliknya mineral terang lebih dominan tersusun oleh logam ringan, seperti halnya Al, Ca, Na dan K sehingga warnanya menjadi lebih terang.
 Sesuai dengan reaksi Bowen, mineral gelap terdiri dari olivin, piroksen, amfibol dan mika. Secara optik dan kimia piroksen dibagi menjadi piroksen tegak (piroksen orto) dan piroksen miring (piroksen klino). Sementara itu mika terdiri dari biotit (mika hitam) dan muskovit (mika putih). Mineral terang pada prinsipnya terdiri dari feldspar, feldspatoid dan kuarsa. Feldspar dibagi lagi menjadi plagioklas dan alkali feldspar. Secara mikroskopis dan kimiawi plagioklas dibagi lagi menjadi anortit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas dan albit.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik. Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (Continous) dan tidak menerus (discontinous).
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral gelap (mafic minerals) yang terbentuk pertama kali dalam temperatur sangat tinggi adalah: olivin, kemudian disusun oleh piroksen, amfibol, biotit.
Sebelah kanan mewakili mineral-mineral terang (felsic minerals) seperti plagioklas, di mana mineral kelompok ini tersebar luas mulai dari batuan beku asam sampai basa. Sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah kuarsa. Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil, sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah mineral yang paling stabil.
Gambar 2.3. Reaksi seri Bowen (1928) dari mineral-mineral utama
                  pembentuk batuan beku.

2.2 DESKRIPSI BATUAN
2.2.1        Jenis Batuan Beku
1.      Batuan beku ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik di darat maupun di bawah muka air. Pada saat mengalir di permukaan, masa tersebut membeku relatif cepat sehingga ukuran kristalnya kecil/tidak terlihat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan Lava Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava Pahoehoe terbentuk oleh masa yang encer.
2.      Batuanbeku intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Masa tersebut membeku relatif lambat sehingga memiliki ukuran kristal yang kasar.
Magma bawah permukaan bumi didefinisikan sebagai magma yang berhasil menerobos lapisan lapisan batuan membentuk suatu intrusi magma yang dapat berupa batholite, laccolite, lopolite, dike, dan sill.
Gambar 1. Jenis-jenis intrusi

2.2.2. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
1.      Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potassium feldspar, muskovit.
2.        Batuan beku yang berwarna abu-abu umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
3.        Batuan beku yang berwarna gelap umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
4.        Batuan beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

2.2.3.      Struktur batuan beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar. Macam-macamnya :
1.      Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
                     

2.      Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu , yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya bedekatan terjadi akibat lava yang mendingin di bawah tekanan air.
                     

3.      Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
               

4.      Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
struktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
1.     Skorian          :  bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
                        

2.  Pumisan        :  bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
                    

3.  Aliran              :  bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
                         lubang   gas.
4.    Amigdaloidal :  bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral    
     sekunder.
                               

5. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
               

6.Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri
                 

2.2.4. Tekstur Batuan Beku
Tektur batuan beku merupakan keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tektur batuan beku menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982; Huang, 1962 )
2.2.4.1 Tingkat atau derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
1)      Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral-mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.
2)      Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memungkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang
.
3)      Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral-mineral dengan bentuk yang sempurna.
2.2.4.2 Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal tiga kelompok ukuran butir, yaitu afanitik, fanerik dan porfiritik.
1.      Fanerik
Merupakan tektur batuan beku di mana kristal pembentuknya dapat terlihat dan dapat dibedakan dengan mata telanjang. Hal ini terjadi karena proses pendinginan magma yang lambat sehingga kristal dapat berkembang dengan baik. Dapat ditemui pada batuan beku intrusive
     

     2. Afanitik
Tektur pada batuan beku di mana kristal penyusunnya halus dan tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang, dikarenakan proses pendinginan magma yang tergolong cepat. Biasanya dapat ditemui pada batuan beku ekstrusi.                  

Ukuran kristal pembentuknya bergam, dan diklasifikasikan menjadi :
Ukuran butir
Cox, price, harte
W. T. G
Heinric
Halus
<1 mm
< 1 mm
< 1 mm
Sedang
1 – 5 mm
1 – 5 mm
1 – 10 mm
Kasar
> 5 cm
5 – 30 mm
10 – 30 mm
Sangat kasar

> 30 mm
> 30 mm
Tabel 2.1 Kisaran harga ukuran mineral dari beberapa sumber.

Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

3.      Porfiritik
Merupakan tektur batuan beku yang material penyusunnya dapat dibedakan menjadi 2. Ada bagian mineral yang ukurannya lebih besar dari sekelilingnya yang disebut dengan fenokris, dan ada mineral yang ukurannya jauh lebih kecil dari fenokris yang disebut massa dasar atau ground mass.
Secara umum terdapat 2 jenis tekstur porfiritik yaitu :
1.    Porfiroafanitik : Apabila massa dasarnya bersifat afanitik.
2.    Faneroporfiritik :Apabila massa dasarnya bersifat fanerik.
2.2.4.3  Kemas
2.2.4.3.1     Bentuk Kristal.
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
1.      Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang
          kristal yang sempurna
2.      Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna
3.      Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak sempurna
2.2.4.3.2.      Relasi antar kristal
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukuran dikenal :
a)      Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir
          yang relatif seragam, terdiri dari :
1.      Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral- mineral tersebut sampai membentuk kristal secara sempurna.
2.      Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
3.      Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral- mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
b)      Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama ,
         antara lain terdiri dari :
1.      Faneroporfiritik, bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : Diorot Porfiri.
                                                       
                                  Gambar 2.14 : Tekstur Faneroporfiritik.
2.      Porfiroafanitik, bila Fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik. Contoh : Andesit Porfiri.
                                                   
                               Gambar 2.15 : Tekstur Porfiroafanitik.
          Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, dikelilingi
oleh kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar/groundmass).
Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam di dalam massa dasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukkan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam didalam massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunya secara dominan adalah gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).
c). Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
1.2.4.3  Tekstur Khusus
Tekstur khusus adalah tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama mineral-mineral yang berbeda. Tekstur ini sangat sulit diamati secara megaskopis. Tekstur khusus terdiri dari :
1.      Tekstur diabasik, tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama antara plagioklas dan piroksen, piroksen tidak terlihat dengan jelas, piroklas radier terhadap piroksen.
2.        Tekstur trakhitik, tekstur yang menunjukan ruang antara mineral-mineral plagioklas diisi oleh mineral piroksen, olivine atau bijih besi.


Tabel 2.2 Klasifikasi batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi.
Komposisi
 
Tekstur
 
Asam
(Felsik)
Intermediet
(Felsik=Mafik)
Basa
(Mafik)
Ultrabasa
(Ultra Mafik)
Fanerik
Granit
Diorite
Gabro
Dunite
Afanitik
Rhyolit
Andesite
Basalt
-
Glassy
Obsidian
Basalt Glass
-
vesikuler
Pumisan
Scoria
-


2.2.5. Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat  dibedakan menjadi 4 yaitu :
1.             Kelompok Granit-Riolit
                            Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa, orthoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat  hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil.
2.             Kelompok Diorit-Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblende, piroksen dan kuarsa biotit, orthoklas dalam jumlah kecil.
3.             Kelompok Gabro-Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine, plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.
4.             Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2.2.6. Identifikasi Mineral
Menurut W.T. Huang (1962), komposisi mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral, yaitu :
1.   Mineral Utama (Essensial Minerals)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan batuan. Berdasarkan warna, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
a.        Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang). Contohnya :
- Kelompok Plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas, Albit).
- Kelompok Alkali Feldspar (Orthoklas, Mikroklin, Anortoklas, Sanidin).
         -    Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).

b.    Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap). Contohnya :
-      Olivin (Forsterite dan Fayalite)
                     -       Piroksen
Dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino Piroksen. Yang termasuk ke dalam Orto Piroksen antara lain: Enstatite, Hypersten. Yang termasuk ke dalam Klino Piroksen antara lain: Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin, Spodemen, Jadeit.
-      Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit,
                                   Glukofan).
-      Biotit.
2.    Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %). Kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara lain : Zirkon, Rutil, Magnesit, Apatit, Hematit, Garnet, Kromit, Pyrit, Sphen dan Zeolit.

3.    Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain : Serpentin, Kalsit, Serisit, Kalkopirit, Kaolin, Pirit.
4.    Gelas atau Kaca
Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunung api, sehingga sering disebut kaca gunung api (volcanic glass).

Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral dilakukan hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca pembesar) terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu deskripsi yang dihasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak semua kelompok mineral tersebut diatas dapat dideskripsi secara megaskopis. Contoh: akan sulit sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan bitownit secara megaskopis.
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidintifikasi sifat khas dari mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Tabel 2.3 berikut disajikan beberapa contoh ciri-ciri mineral berdasrkan sifat fisik mineral yang dapat dikenali secara megaskopis.






Tabel 2.3 Pengenalan mineral dan sifatnya.
Nama Mineral
W a r n a
Bentuk dan Perawakan mineral
Belahan
Keterangan/Sifat Khusus
Olivin
Hijau
Tidak teratur, membutir, massif
Tak sempurna
Kilap kaca
Piroksen

Hijau tua

Prismatik pendek
2 arah saling
tegak lurus
Kilap kaca,
permukaan halus
Amfibol
(Hornblende)
Hitam, coklat

Prismatik panjang, menyerat, membutir
2 arah,
membentuk sudut
Kilap arang

Biotit

Hitam, coklat
Tabular, berlembar (memika)
2 arah

Kilap kaca

Alkali feldspar
Merah jambu,
Putih
Prismatik/tabular panjang, masif, membutir
2 arah

Kilap kaca/ lemak

Plagioklas

Putih susu,
abu – abu
Prismatik/tabular panjang, masif, membutir
3 arah

Kilap kaca/ lemak

Muskovit


Putih, transparan

Tabular, berlembar (memika)
1 arah

Kilap kaca/ mutiara, sering terdapat dalam granit pegmatite
Kuarsa

Tidak berwarna, putih abu
Tidak teratur, masif, membutir
Tidak ada
Kilap kaca/ lemak

Kalsit
Tidak berwarna, putih
Rhombohedral, masif, membutir
Sempurna
Membuih bila ditetesi HCl, kilap kaca
Klorit
Hijau
Berlembar (memika)
Sempurna
Umum pada batuan metamorf
Serisit
Tidak berwarna, putih
Tabular, berlembar
Sempurna
Kilap kaca
Asbes
Putih
Masa fibre asbestos, menyerat
-
Terutama tersusun atas antopilit
Garnet
Coklat merah
Poligonal, membutir
Tidak ada
Kilap kaca/ mutiara
Halite
Tak berwarna, putih, merah
Kubus, masif, membutir
Sempurna

Sebagai garam evaporit
Gypsum
Tak berwarna, putih
Memapan, membutir, menyerat
Sempurna

Lembar-lembar tipis terjadi dari evaporit
Anhidrit

Putih, abu - abu, biru pucat
Masif, membutir
Sempurna
Karena evaporit (umumnya)


2.2.7  Pembagian dan Penamaan Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
2.2.7.1 Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a.         Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya  terdiri atas kristal-kristal (struktur holohyalin).
Contoh : Granit, Granodiorit, dan Gabro.
Tiga prinsip tipe batuan intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar geometrinya :
1.      Bentuk yang tidak beraturan, umumnya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk jelas di permukaan bumi, contohnya : batholite dan stock.
2        Bentuk tabular, mempunyai dua bentuk berbeda, yaitu yang mempunyai bentuk diskordan disebut korok/dyke (retas) dan yang berbentuk konkordan di antaranya adalah siil dan Lacolith.
3        Relatif memiliki tubuh yang kecil yakni hanya pluton-pluton yang kecil. Bentuk yang khas dari intrusi ini adalah intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar merupakan sisa dari korok atau gunung api tua, biasanya disebut vulkanik nek (teras gunung api).

b.        Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfiri dan Diorit porfiri.

c.         Batuan beku luar (volkanik) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
                         
                         Gambar 2.16  Contoh setangan obsidian.
2.2.7.2  Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi
a.         Batuan beku Ultra Basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.
b.        Batuan beku Basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52%. Contohnya Gabro, Basalt.
c.         Batuan beku Intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66%. Contohnya Andesit dan Syenit.
d.        Batuan beku Asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.

2.2.7.3. Berdasarkan Susunan Mineralogi
Merupakan salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan waktu lama. Analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjukkan pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut ini :
a.         Mineral felsik : kuarsa 100%, alkali feldspar 64-66%, oligoklas 62%, andesine 59-60%, labradorite 52-53%, dan lain-lain.
b.        Mineral mafik : hornblende 42-50%, biotit 35-38%, augit 47-51%, magnesium dan piroksin 50-55%, dan lain-lain.

Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a.         Batuan dalam
       Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b.        Batuan gang
       Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
c.         Batuan lelehan
       Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu :
1.        keluarga granit-riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali feldsparnya melebihi plagioklas.
2.        keluarga granodiorit-quartz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Feldspar.
3.        keluarga syenit-trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak
dominant tapi hadir, K-Feldspar dominan dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir.
4.        keluarga monzonit-latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Feldspar.
5.        keluarga syenit-fonolit foid: felsik, mineral utama feldspatoid, K-Feldspar melebihi plagioklas.
6.        keluarga tonalit-dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Feldspar.
7.        keluarga diorite-andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Feldspar, plagioklas melimpah.
8.        keluarga gabbro-basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-feldspar.
9.        keluarga gabbro-basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama feldspatoid (nefelin, leusit), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir.
10.    keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik, plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

Pembagian yang digunakan di Laboratorium Petrologi berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh Huang (1962) yaitu berdasarkan kandungan kuarsa bebas atau silika dan kemas batuan tersebut selain itu dipertimbangkan pula proporsi alkali feldspar, plagioklas dan mineral utama lainnya.
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam pembagian menurut Huang  (1962) :
a.    Nama batuan yang tertera pada laju, menunjukan jenis teksturnya (termasuk
jenis batuan vulkanik atau plutonik).
b.    Jenis dan kelompok batuan dibatasi oleh kolom-kolom, dengan kandungan mineral tertentu.
c.   Quartz Diving Line bagian kiri adalah batuan-batuan yang mengandung kuarsa lebih dari 10 % sedangkan yang sebelah kanan adalah batuan yang mengandung kuarsa kurang dari 10 % (Batuan Intermediet dan Basa).
d.    Orthoklas meliputi keseluruhan alkali feldspar seperti sanidin, mikrolin, anortoklas dan lainnya, sedangkan plagioklas dibedakan menjadi plagioklas asam dan plagioklas basa. Plagioklas asam umumnya relative lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas basa, secara megaskopis sulit untuk membedakannya. Untuk membedakannya dilihat presentase kandungan mineral mafiknya.
e.   Jika alkali feldspar dan kuarsanya semakin bertambah dan plagioklasnya semakin asam maka sebagian batuan beku dalam asam dinamakan Granit, sedangkan batuan beku luarnya Riloit. Di dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir dalam biotit, muskovit namun kadang-kadang amphibol. Batuan beku dalam sangat asam dimana alkali feldspar lebih banyak dari Plagioklas adalah Sienit, sedangkan pegmatite hanya tersusun oleh alkali feldspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian dan apabila bertekstur perlapisan disebut Perlit.
f.     Batuan beku dalam asam dinamakan diorite kuarsa atau granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit.
       Mineral penyusunnya hampir mirip dengan diorite atau andesit, tetapi ditambahkan kuarsa dan alkali feldspar, sementara plagioklas berubah ke asam.
g.  Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivine, piroksen, dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basalt. Batuan beku dalam menengah disebut diorit. Tersusun oleh piroksen, ampibol, dan plagioklas menengah, sedangkan batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan basalt ada nama batuan transisi yang disebut andesit basalt (basaltic andesit).
h.    Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin sedangkan piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral olivine dan piroksen; norit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.

Penamaan batuan beku sering ditambah aspek tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Contoh andesit Porfiri, basalt vesikuler, dan andesit piroksen. Penamaan nama bataun beku berdasarkan komposisi mineral umumnya diberikan apabila presentase kehadirannya minimal 10 % perkiraan presentase kehadiran mineral pembentuk batuan.







 






















Gambar 2.17 Diagram presentase perkiraan komposisi berdasarkan volume.

igclsht2
Gambar 2.18 Klasifikasi batuan beku.


2.3              BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunung api, sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya dinamakan sebagai piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika.
2.3.1        Genesa
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama, yaitu :
a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)
Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksploasif yang melemparkan material-material vulkanik ke atmosfir dan jatuh di sekitar erupsi. Bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara. Ciri yang nampak dari endapan ini adalah berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatan struktur butiran bersusun, dengan beberapa struktur yang pada strata sedimen, antara lain kenampakan gradasi normal pada pumis maupun lithikfragments. Contoh endapan ini adalah Agglomerate, breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
Jika bahan-bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat maupun di bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang dan tidak mengalami reworking serta tidak tercampur dengan bahan yang bukan piroklastik, maka jenis ini tidak didapatkan struktur-struktur sedimen internal dan komposisi seluruhnya dalam bahan piroklastik. Bila dilihat paleoenvirontment, maka jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.
b. Endapan Aliran Piroklastik (Proclastic Flow Deposits)
Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan disuatu tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil gerakan material piroklastik ke arah lateral berupa aliran gas atau material setengah padat berkonsentrasi tinggi di atas permukaan tanah. Proses pengendapan sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Lembah dan depresi disekitar pusat erupsi akan terisi oleh endapan tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain sortasi yang jelek dan jika ada perlapisan maka pada lithic fragments di jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi yang berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan densitas yang lebih rendah daripada mediannya (aliran gas atau padatan). Endapan ini meliputi :glowing avalanche, lava collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500o-600o C.
c. Piroclastic Surge Deposits
Piroclastic Surge Deposits adalah awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen di atas permukaan. Endapan ini cenderung menyebar dan menyelimuti area di sekitar pusat erupsi namun umumnya lebih terkonsentrasi di lembah-lembah dan daerah depresi. Struktur yang mencirikan endapan ini antara lain : perlapisan silang siur, dune, antiidune, laminasi planar, baji dan bergelombang.
d. Lahar
Pada suhu di atas 100o C material piroklastik cenderung tertransport oleh media berfase gas. Jika media pembawa berupa air bersuhu rendah maka terbentuk semacam aliran lumpur yang disebut lahar. Istilah lahar ini berasal dari bahasa Indonesia yang kini digunakan secara internasional.
Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih terkonsentrasi di lembah, alur dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran lahar dapat mencapai 10-20 km, bahkan di beberapa tempat diketahui alirannya mencapai lebih dari 300 km dari sumbernya. Ciri-ciri umum endapan lahar : tidak ada pemalihan, graded dan reversebedding, tidak ada perlapisan, sering di jumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau kompak dari endapan piroklastik aliran.
Cara terjadinya lahar :
1)        Terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan atau disebut lahar panas.
2)        Berasal dari endapan piroklastik aliran panas yang kemudian bercampur dengan salju atau air menuju lereng gunung api.


2.3.2.   Struktur Batuan Piroklastik

Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku, contoh: vesikuler, scorian, dan amigdaloidal.

2.3.3.      Lithologi
Aspek litologi dapat dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar klasifikasi yang sering dipakai antara lain :
a. Ukuran Butir
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Klasifikasi batuan piroklastik.
Ukuran butir
Nama  butiran (klastika)
Nama batuan
Æ> 64 mm
Bom  gunungapi
Blok/bongkah gunungapi
Aglomerat
Breksi piroklastik
2 – 64 mm
Lapili
Batulapili
1 – 2 mm
Abu gunungapi kasar (pasir kasar)
Tuf kasar
Æ< 1 mm
Abu gunungapi halus
Tuf halus
                       
Bom gunung api adalah klastika batuan gunung api yang mempunyai struktur-struktur pendinginannya pada saat magma dilontarkan dan membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti ( Bread crust structure ).
Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat tergantung dari keenceran magma saat dilontarkan. Semakin encer magma yang dilontrakan, maka material itu juga terpengaruh efek butiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya bervariasi. Selain itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunung api tersebut struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya.
Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya ringan disebut Batu Apung. Batu apung ( Pumice ) ini umumnya berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam. Batu gamping umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunung api dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunung api yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, alips atau seperti rumah lebah yang disebut Skoria. Bom gunung api ini jenisnya merah, cokleat sampai hitam, sifatnya lebih berat dari batu apung dan dihasilkan oleh letusan gunung berapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer.
Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal dinamakan Obsidian.
Blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom gunung api yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan.
Dengan demikian, blok dapat merupakan pecahan daripada bom gunung api, yang hancur pada saat jatuh di permukaan tanah atau batu. Bom dan blok gunung api yang berasal dari pendinginan magma secara langsung tersebut disebut bahan magmatic primer, material esensial. Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding ( batuan gunung api yang terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori ), atau fragmen non-gunung api yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuff dapat dibagi menjadi tuff gelas, tuff kristal dan tuff litik, apabila komponen yang dominan masing-masing berupa gelas atau kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuff juga dapat dibagi menjadi tuff basalt, tuff andesit, tuff dasit dan tuff riolit, sesuai klasifikasi batuan beku. Apabila klastikya tersusun oleh fragmen batu apung atau skoria dapat juga disebut tuff batu apung atau tuff skoria. Demikian pula untuk aglomerate skoria, breksi batu apung, breksi skoria, batu lapilli, batu apung, batu lapilli skoria.
b.  Komposisi Fragmen Piroklastik
Komponen-komponen dalam endapan piroklastik lebih mudah dikenali daripada endapan muda, tak terlithifikasi atau sedikit lithifikasi. Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlithifikasi, identifikasi komposisi sulit dilakukan.
c. Tingkat dan Tipe Welding
Jika material piroklastik khususnya berbutir halus terdeposisi saat masih panas, maka butiran-butiran itu seolah terpateri satu sama lain. Peristiwa ini disebut welding.

Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastik adalah batuan beku luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastik ini mengikuti hukum-hukum didalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen.
Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai endapan primer piroklastik), atau sudah mengalami pengerjaan kembali (reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder piroklastik atau endapan epiklastika.

Istilah- Istilah
1. Ash Flow (Tuff)-Fragmental Flow
a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing-runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960).
b. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas (Mac Donald, 1972).
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terlepaskan akibat deposisi pada saat masih panas.
2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).
a. Agglomerate : diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bom sebanding atau lebih banyak dari abu vulkanik) (Widiasmoro, 1970).
b. Aglutinete : merupakan hasil akumulasi fragmen-fragmen pipih yang terelaskan, berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell, 1931).
c. Breksi piroklastik : batuan yang mengandung blok lebih dari 50% (Mac Donald, 1972 dan Fisher, 1958).
d. Tuff pyroclastic brecia : batuan yang mengandung sebanding dengan abu vulkanik atau bisa juga lebih dominan abu vulkanik (Norton, 1917 dan Mac Donald, 1972).
e. Lapilistone : batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2-64 mm (Fisher, 1961).
f. Lapilituff ; batuan yang kandungan lapili dan abu vulkanik sebanding atau lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald, 1972).
g. Tuff  : batuan yang tersusun dari abu vulkanik.
3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen vulkanik yang runcing-runcing, dengan matriks berukuran 2 mm dengan bermacam-macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan piroklastik, autoklastik dan lain-lain), (Fisher, 1958).
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher, 1960, Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusan akibat letusan gas, yang terkandung di lava seehingga terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses vulkanisme.
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes, 1960).
b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan Bowes, 1960).
c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung bekas aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960).
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran beragam dengan batuan non vulkanik (Fisher, 1960).
b. batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen epiklastik yang terngkut juga di dalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard.
c. batu pasir atau konglomerat vulkanik merupakan batuan epiklastik yang tersusun dari fragmen-fragmen yang berupa vulkanik yang telah mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.


2.4              IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan di lapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan di lapangan diikuti pengamatan contoh setangan.
Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam dengan batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititikberatkan pada struktur dan hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan-bahan piroklastik) sedangkan dengan identifikasi batuan beku dalam lebih dititikberatkan pada hubungan unit-unit pembentuk batuan yaitu Kristal-kristal mineral.

2.4.1        Deskripsi Contoh Setangan

Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :
a)      Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Mengidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil lapukannya.
b)      Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian yang segar.
c)      Mengamati warna pelapukan segar dan apabila mungkin membuat estimasi mengenai color indeks.
d)     Pengamatan butiran pada batuan contoh setangan bila batuannya afanitik, catat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau mafik.
1.        Amati hubungan antara mineral dan batuan yang memiliki kristal kasar sampai medium.
2.        Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan yang bertekstur porfiritik.
3.        Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi, aliran, bending, lubang gas, tekstur, dan inklusi.
4.        Amati dan catat proporsi mineral-mineral yang berbeda dan deskripsi mineral seperti warna, kilap, pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas, dan lain-lain.
5.        Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan klsifikasi tertentu, pada praktikum ini menggunakan klasifikasi Huang (1962).

2.4.2        Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada batuan tersebut.Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.
Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran waktu geologi), dan  umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi mineral dan kenampakan khusus lainnya.
Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan “Mengapa” (Why) dan “Bagaimana” (How) terhadap data pemerian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku dalam bertekstur kristalin dan berstruktur masif. Mengapa basalt berwarna gelap sedang pegmatit berwarna cerah?  Bagaimana kejadiannya olivin dapat muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan?  Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit?






























HASIL DESKRIPSI BATUAN BEKU PADA PRAKTIKUM PETROLOGI














LABORATURIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN                       UNIVERSITAS NUSA CENDANA
 

Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Acara: Batuan Beku

No. Urut          : 03-03
Hari/Tanggal   : Sabtu, 10 Maret 2012
Jenis Batuan    : Batuan Beku Ultrabasa
No. Peraga      : A.35

Deskripsi Batuan
Warna                    : Hijau tua
Struktur                  : Massif
Tekstur                     : Derajat Kristalisasi : holokristalin,granularitas : fanerik sedang (1-5 mm), bentuk butir : subhedral, hubungan antar butir : hipidiomorfik granular.
Komposisi              : Olivin (50%), Piroksen (40%), Plagioklas (5%), Antigorit (5%).


Komposisi Mineral :
1.      Olivine : warna hijau, massif, belahan tidak sempurna, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 50 %.
2.      Piroksen : warna hijau tua, prismatic pendek, kilap kaca, permukaan halus, penyebaran merata, kelimpahan 40%.
3.      Plagioklas : warna abu-abu, prismatic panjang,kilap kaca, kelimpahan 5%.
4.      Antigorit : warna hijau, kilap lemak, mineral penciri pada batuan beku ultrabasa, kelimpahan 5%.

Nama Batuan : Peridotite (Huang, 1962)

Petrogenesa     : Berdasarkan warna batuannya yaitu hijau tua, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat ultrabasa. Granularitasnya yang fanerik menunjukkan bahwa batuan ini termasuk batuan beku plutonik yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.


 









LABORATURIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN                       UNIVERSITAS NUSA CENDANA
 

Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Acara: Batuan Beku

No. Urut          : 03-03
Hari/Tanggal   : Sabtu, 17 Maret 2012
Jenis Batuan    : Batuan Beku Asam
No. Peraga      : A07

Deskripsi Batuan
Warna                    : Cerah
Struktur                  : Massif
Tekstur                     : Derajat Kristalisasi : holokristalin, granularitas : fanerik kasar (5-30 mm), bentuk butir : subhedral, hubungan antar butir : hipidiomorfik granular.
Komposisi Batuan : Alkali Feldspar (45%), Kuarsa (15%), Plagioklas (15%), Amfibol(15%),      Biotit (7%), Muskovite(3%).

Komposisi Mineral :
1.      Alkali Feldspar : warna merah jambu, massif, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 45%.
2.      Kuarsa : tidak berwarna, massif, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 15%.
3.      Plagioklas : warna putih susu, prismatic panjang, kilap kaca, kelimpahan 15%.
4.      Amfibol : warna hitam, kilap arang, penyebaran merata, kelimpahan 15%.
5.      Biotit : warna hitam, kilap kaca, kelimpahan 7%.
6.      Muscovite : warna putih, kilap kaca, kelimpahan 3%.

Nama Batuan : Granite (Huang, 1962)

Petrogenesa     : Berdasarkan warna batuannya yaitu cerah, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat asam. Granularitasnya yang fanerik menunjukkan bahwa batuan ini termasuk batuan beku plutonik yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.


 







LABORATURIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN                       UNIVERSITAS NUSA CENDANA
 

Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Acara: Batuan Beku

No. Urut          : 03-03
Hari/Tanggal   : Selasa, 27 Maret 2012
Jenis Batuan    : Batuan Beku Intermadiet
No. Peraga      : A09

Deskripsi Batuan
Warna                    : Abu-abu
Struktur                  : Massif
Tekstur                     :Derajat Kristalisasi : holokristalin, granularitas : fanerik sedang (1-5 mm), bentuk butir : euhedral, hubungan antar butir : panidiomorfik granular.
Komposisi              : Plagioklas (45%), Amfibol (35%), Biotite (10%), Kuarsa (7%), Piroksen (3%).

Komposisi Mineral :
1.      Plagioklas : warna abu-abu, massif, kilap kaca, penyabarab merata, kelimpahan 45%.
2.      Amfibol : warna hitam, kilap arang, penyebaran merata, kelimpahan 35%.
3.      Biotit : warna hitam, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 10%.
4.      Kuarsa : warna putih abu, massif, penyebaran merata, kilap kaca, kelimpahan 7%.
5.      Piroksen : warna hijau tua, kilap kaca, kelimpahan 3%.

Nama Batuan : Diorite (Huang, 1962)

Petrogenesa     : Berdasarkan warna batuannya yaitu abu-abu, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat intermediet. Granularitasnya yang fanerik menunjukkan bahwa batuan ini termasuk batuan beku plutonik yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.


 










LABORATURIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN                       UNIVERSITAS NUSA CENDANA
 

Laporan Resmi Praktikum Petrologi
Acara: Batuan Beku

No. Urut          : 03-03
Hari/Tanggal   : Selasa, 27 Maret 2012
Jenis Batuan    : Batuan Beku Basa
No. Peraga      :

Deskripsi Batuan
Warna                    : Gelap
Struktur                  : Vesikular Skorian
Tekstur                     : Derajat Kristalisasi : holokristalin, granularitas : afanitik
Komposisi              : Terdiri (didominasi) oleh mineral-mineral mafic.

Nama Batuan : Basalt Skoria (Huang, 1962)

Petrogenesa     : Berdasarkan warna batuannya yaitu gelap, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat basa. Granularitasnya yang afanitik menunjukkan bahwa batuan ini termasuk batuan beku vulkanik yang terbentuk di dekat permukaan bumi. Berdasarkan strukturnya yang skorian, batuan ini terdapat lubang-lubang gas yang tidak saling berhubungan.






 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar